• DIRGAHAYU KE-49 PGLII

    Dirgahayu ke-49 PGLII ! 17 Juli 1971 - 17 Juli 2020

  • Pelantikan Pengurus Wilayah PGLII DKI Jakarta

    Dalam pelantikan yang diawali dengan ibadah yang dipimpin Pdt. Dr Ronny Mandang yang menekankan akan pentingnya penginjilan. “Sebagai orang injili harus selalu memberitakan Injil,“

  • Audiensi PGLII

    Pengurus Wilayah PGLII DKI Jakarta berkunjung kepada BPD GBI DKI Jakarta sekaligus memohon kepada Ketua BPD GBI Pdt Kiki Tjahjadi menjadi Majelis Pertimbangan PGLII DKI Jakarta.

Saturday, November 27, 2021

Konferensi Pekabaran Injil 2021

 

Api Injil Terus Menyala

Damai bagi manusia dan bagi alam semesta adalah mutlak, harus dijaga dan dipertahankan, baik oleh para Pemuka Agama, Pemerintah, TNI/Polri dan Masyarakat. Damai tersebut menolak dan menjauhi segala bentuk kekerasan, intimidasi, dan marjinalisasi kepada setiap orang yang memiliki hak dan nilai-nilai asasi sesuai dengan ajaran agama masing-masing. “Para pemuka agama diminta untuk berperan aktif dan menyuarakan di berbagai sendi kehidupan khususnya masyarakat multikultural menghadirkan damai yang mengikat kesatuan dan damai yang harmoni,” seru Ketua Umum Persekutuan Gereja-gerja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) Pdt. DR. Ronny Mandang ketika menyampaikan Deklarasi Damai para Pemimpin Lintas Agama di Hotel Horison, Kotaraja, Jayapura (19/11). Deklarasi damai tersebut merupakan puncak dari Konferensi Pekabaran Injili (KPI) yang berlangsung 17 hingga 19 November 2021 di tempat yang sama serta diikuti 300 peserta dari 62 sinode.

Lebih lanjut Ronny Mandang menjelaskan bahwa Para Pemimpin Lintas Agama mendukung Deklarasi Papua Tanah Damai yang diselenggarakan pada 5 Februari 2019 bertepatan dengan hari Pekabaran Injil di Tanah Papua. “Damai dari ufuk Timur Papua menjadi bagian yang dirasakan oleh seluruh umat manusia,” katanya.

Selain Ronny Mandang, pernyataan tersebut ditanda tangani Pdt. Dr. Henriette T. Lebang (dari unsur Kristen),  Pdt. Hiskia Rollo, S.Th, MM (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Papua), Pdt. DR. Mulyadi Sulaeman (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), H. Muhammad Syaiful, S.Ag, M.Pd. (mewakili Islam), UP. Dharmayana Sineru (mewakili Hindu), Pinandita Putu Martana, S.Ag. (mewakili Budha), Pdt. Dorman Wandikbo (Presiden Gereja Injili Di Indonesia) dan Pdt. Lipiyus Biniluk, M.Th (Ketua Umum Forum Kerukunan Umar Beragama Provinsi Papua).

Rekomendasi dan Aksi

Sementara itu KPI menghasilkan 9 butir Rekomendasi dan Aksi yang akan dilaksanakan Pemimpin dan jemaat Kristen. Dalam rekomendasi tersebut dinyatakan bahwa gereja mengambil inisiatif dalam wadah dialog lintas denominasi di mana berbagai kisah di ladang Pekabaran Injil dapat saling memotivasi dan memperkaya satu sama lainnya. Selain itu, berbagai tantangan dan friksi dapat digumuli dan diatasi bersama-sama di dalam kasih dan semangat persaudaraan sambil mengingat bahwa Allah adalah kasih yang membawa damai sejahtera bagi bumi dan segala isinya. Pembiaran terhadap friksi-friksi yang terdapat dalam pelayanan dapat menciderai tugas pekabaran Injil tersebut.

“Memetakan wilayah-wilayah mana saja, termasuk daerah konflik, bencana alam dan daerah-daerah perbatasan serta daerah-daerah yang sulit terjangkau; kelompok-kelompok yang terdapat di tengah masyarakat; serta isu-isu yang perlu mendapat perhatian khusus dalam mewartakan kabar baik bagi bumi dan segala isinya. Gereja juga mengupayakan pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara bersama-sama untuk menjawab tantangan pekabaran Injil masa kini, khususnya terkait kebutuhan untuk mengartikulasikan nilai-nilai Kristiani dalam rangka menghadirkan tanda Kerajaan Allah,” kata Ronny Mandang yang membacakan Rekomendasi dan Aksi tersebut.

Gereja akan mengupayakan kegiatan bersama terutama di tengah maraknya pola hidup tradisional yang tidak sesuai dengan nilai Injil, maupun gaya hidup modern yang pragmatis, serta kecenderungan munculnya fragmentasi dalam persaingan antar gereja dan antar agama. Gereja mengedepankan kode etik dalam melakukan pelayanan, serta menghargai keberadaan dan wilayah pelayanan denominasi lain, sehingga tujuan kehidupan bersama dalam mewujudkan kerukunan lintas denominasi dan agama dapat terwujud. Gereja juga akan menguatkan jejaring dan koordinasi antar gereja lintas denominasi, sekolah-sekolah teologi dan lembaga-lembaga pekabaran Injil dalam aksi bersama secara konkret di lingkungannya masing-masing maupun secara nasional.

“Gereja menolak kekerasan dan ketidakadilan yang marak terjadi di berbagai wilayah, termasuk Papua. Hendaknya pembangunan dan pemberdayaan manusia dilakukan dengan mengedepankan pendekatan kemanusiaan. Kehadiran Pemerintah dan aparat TNI/Polri sejatinya memanusiakan manusia dan membawa kedamaian, serta tanpa kekerasan dan ketidakadilan, karena kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan. Para Hamba Tuhan, pekerja gereja, atau pewarta gereja sebagai frontliners tidak boleh dicap sebagai bagian dari gerakan separatis di Papua. Stigmatisasi ini harus dihilangkan dalam pandangan negara. Karena para hamba Tuhan, pekerja gereja atau pewarta gereja adalah sumber daya gereja yang harus dilindungi hak hidupnya sebagai warga negara yang bekerja dengan ketulusan memberitakan Injil di Tanah Papua, dan daerah lain. Gereja melalui para hamba Tuhan, para pekerja Gereja atau pewarta gereja haruslah dilihat dan diterima sebagai mitra kerja yang baik dalam membangun perdamaian di Tanah Papua juga daerah lain dan bukan sebaliknya,” ujar Ronny Mandang.

Gereja menolak upaya-upaya propaganda dan/atau pemindahan agama dengan cara-cara pemaksaan, tidak wajar, serta memanfaatkan kelemahan dan kekurangtahuan seseorang atau sekelompok orang. Penginjilan sejatinya bukanlah kristenisasi, karena itu upaya-upaya kristenisasi dengan cara tidak wajar, pemaksaan, serta pemanfaatan kelemahan dan kekurangtahuan bukanlah penginjilan. Tanggungjawab pekabaran Injil di tanah Papua adalah tanggung jawab bersama gereja dan harus diperkuat dalam rangka membangun perspektif baru tentang kehadiran Kristus di tengah-tengah kesulitan hidup yang sedang dihadapi masyarakat di berbagai wilayah, khususnya Papua terutama pula di wilayah-wilayah yang kesulitan dalam membangun dunia pendidikan yang baik dan berkualitas, serta pelayanan kesehatan yang bermutu, karena berada dalam situasi konflik. Gereja tetap bersuara memperjuangkan keadilan dan perdamaian bagi Papua supaya dengan pendidkan dan kesehatan yang baik, api Injil itu akan terus menyala di tanah Papua, dan daerah lain. Sama dengan hal tersebut, menolak pula usaha-usaha Islamisasi berkedok dakwah di bidang pendidikan dan kesehatan, yang masif dan sistematis terjadi di berbagai wilayah, termasuk Papua, yang didukung bahkan difasilitasi oleh oknum negara melalui TNI dan Polri, serta lembaga-lembaga pemerintah lain.

“Merawat, menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan serta mengupayakan kondisi hidup yang lebih baik bagi manusia dan ciptaan yang lain. Pandemi Covid-19 merupakan teriakan dari alam karena kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam, dengan eksploitasi dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang mengatasnamakan pembangunan dan peningkatan ekonomi. Alam ciptaan harus dilihat setara dengan ciptaan lainnya, dan manusia bertanggungjawab untuk keberlanjutan hidup ciptaan yang adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah,” tandas Ronny Mandang.

Rekomendasi dan Aksi tersebut merupakan sosialisasi dari hasil Konferensi Pekabaran Injil di Berastagi, Sumatera Utara pada 31 Mei 2018. KPI 2021 membahas 4 tema dan menghadirkan 15 narasumber. Tema pertama tentang Pekabaran Injil dalam Konteks Kemajemukan di Indonesia dengan narasumber Pdt. Dr. Henriette Lebang (Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia), Pdt. Dr. Bambang Widjaja (Majelis Pertimbangan PGLII), dan Pdt. Lipiyus Biniluk, M.Th (Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragma Provinsi Papua).

Tema kedua Panggilan Gereja-Gereja di Indonesia oleh Pdt. Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Pdt. Hiskia Rollo, S.Th., MM (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Papua), Pdt. Bambang Jonan (Gereja Bethel Indonesia) dan Jhon Manik (Sekretaris Mission Aviation Fellowship Indonesia). Tema ketiga Panggilan Seorang Pekabar Injil oleh Pdt. Charles Jonan (Jaringan Doa Nasional), Romo Heri Wibowo (Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia), Pdt. Dorman Wandikbo (Presiden Gereja Injili Di Indonesia) dan Pdt. Dr. James Wambrauw, M.Th (Persekutuan Gereja-Gereja Se-Kota Jayapura). Tema Ketiga Kode Etik Pekabar Injil oleh Pdt. Daniel Ronda (Ketua Umum Gereja Kemah Injil Indonesia), Pdt. DR. Muljadi Sulaeman (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th., (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) dan Dr. James Modouw, MMT (Jaringan Lembaga-lembaga  Penginjilan dan Lembaga Sosial Keagamaan Papua).

Ibadah pembuka dilayani kotbah Presiden GIDI Pdt. Dorman Wandikbo (17/11), ibadah penutup dilayani Pst. John Bunay (18/11). Sedangkan pada ibadah pengutusan, pengkotbah Pdt. DR. Nus Reimas, Ketua Majelis Pertimbangan PGLII (19/11).

Menurut Ketua Panitia Nasional Pdt. Deddy Madong SH, MA., KPI merupakan puncak dari rangkaian peringatan Jubileum 75 Tahun PGLII. “Sebelumnya kita mengadakan kegiatan berupa Ibadah Syukur di Batu, Jawa Timur dan Simposium Injili di Makassar, Sulawesi Selatan.” Disebutkan Deddy Madong bahwa terdapat beberapa kegiatan yang juga merupakan bagian dari Perayaan HUT yang diadakan bidang-bidang pada Pengurus Pusat, dan perayaan yang diadakan ditingkat Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah.

“Dengan penyelenggaraan KPI 2021 dan Deklarasi Damai, kami telah menyelesaikan rangkaian HUT ke-75 PGLII. Dari rangkaian acara tersebut kita melihat dan dikuatkan dengan partisipasi dari seluruh Anggota PGLII dan jaringan PGLII dengan lembaga gerejawi aras nasional. Termasuk relasi dengan pemerintah yang ternyata begitu baik dalam membangun sinergis-kualitatif. Kami menyimpukan bahwa semangat Api Injil Terus Menyala yang menjadi motivasi tetap berkumandang dan menjiwai Kaum Injili,” tandas Deddy Madong.
Share:

Wednesday, November 3, 2021

Ibadah dan Perayaan HUT PGLII Ke-50

 Menjaga Api Injil Terus Menyala 

Moderasi Beragama bukan hanya slogan tetapi harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal  Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Thomas Pentury M.Si ketika menyampaiakn sambutan pada Ibadah Syukur dan Perayaan Jubelium Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) di Aula Bukit Zaitun, Kompleks YPPII, Batu, Jawa Timur (31/10). Hadir pada kesempatan tersebut Walikota Batu Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Jawa Timur Dr. Himawan Estu Bagijo, SH, MH., yang mewakili Gubernur Jawa Timur dan Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Timur Drs. Nawawi, M. Fil. Acara tersebut dihiasi atraksi tarian nusantara kontemporer dari Celebraton of Praise (Bandung) dan sambutan video dari Secretary General of World Evangelical Alliance (WEA).

Dalam sambutannya Thomas Pentury menyampaikan tantangan kepada seluruh Pimpinan dan Anggota PGLII. “Pada usia ke-50 tahun ini, bagaimana api injil PGLII itu harus tetap menyala dan bagaimana Amanat Agung harus terus diselesaikan?”

Keindonesian memiliki keragaman, kita dalam posisi yang sama yaitu membangun Indonesia yang lebih baik. Kita memiliki 3 tantangan. “Tantangan pertama, semangat beragama yang kecenderungan ekstrim. Melampaui kebiasaaan.” Dalam perspektif eksklusif itu sangat mungkin, PGLII menyemangati dengan Amanat Agung dan Api Injil Terus Menyala. Dalam kerangka eksklusif kita berjumpa dengan sesama bangsa yang berbeda agama dan keyakinan, kita butuh proses yang kita sebut penghargaan kepada agama dan perbedaan yang lain.

Tantangan kedua adalah klaim kebenaran subyektif. “Dalam lingkup agama, kebenaran itu mutlak. Dalam perjumpaan dengan sesama, kita akan jumpa dengan berbeda agama dan keyakinan. Kita tidak bisa menafikan bahwa kebenaran ada di sini dan tidak ada di disana. Relasi kemanusiaan kita, kebangsaan kita diuji supaya kebenaran subyektif tidak menimbulkan gesekan.”

Tantangan ketiga adalah klaim kebenaran subyektif yang cenderung mengabaikan Indonesia seperti menolak menghormati bendera dan mengabaikan kehidupan berbangsa. Kita ada dalam bingkai kebangsaan yang menjamin kehidupan beragama.

“Tiga tantangan tersebut harus disikapi dengan baik melalui moderasi bergama. Praktek yang tidak cenderung ekstrim dan menghormati keindonesiaan.”

Pentury kemudian menyebut bahwa PGLII adalah sebuah pergerakan, dalam perjalanan pelayanannya harus memiliki energi. “Bagi saya, salah satu energi yang penting adalah pendidikan, dan PGLII sudah menghasilkan banyak lembaga pendidikan yang berkualitas,” ujarnya.

Kabar Baik

Sementara itu, Ketua Umum PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang, MTh., dalam sambutannya mengatakan bahwa menghadirkan kabar baik dan membangun bangsa melalui iman yang dalam dan kokoh merupakan acuan bagi pimpinan dan anggota PGLII untuk berkarya dalam periode 2020-2024. “Karena kalau hanya beriman tetapi tidak membangun dan mengaplikasikannya tidak ada manfaatnya. Banyak berdoa banyak membaca firman Tuhan tetapi tidak membagi kepada sesama, itu semua percuma.”

“Di era disrupsi dimana berita yang kita temui nyaris padat dengan kabar buruk, kita terpanggil untuk menyampaikan kabar baik.” Membagikan kabar baik merupakan tugas mulia. Karena begitu langka dan dinanti banyak orang.”

Pemikiran tentang moderasi beragama, dimana PGLII akan terus ambil bagian, sudah jauh dipikirkan para teolog PGLII. Diantaranya, Pendiri PGLII Pdt. DR. Peturs Octavianus dalam bukunya Menuju Indonesia Jaya Indonesia Adidaya yang merumuskan bahwa pembangunan harus berorietnasi kepada manusia dimana setiap manusia bersatu-padu, bahu-membahu untuk kejayaan nusa dan bangsa. Berhenti berasumsi dan mencurigai pihak mana yang palig diuntungkan. “Egosentris tidak dikenal bila ingin membangun bangsa,” tandasnya.

Acara diakhiri dengan peresmian monumen Api Injil melalui penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum PGLII Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th., dan pemotongan pita prasasti oleh Dirjen Bimas Kristen, Walikota Batu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Timur dan Kakanwil Kemenag Jawa Timur.

Rangkaian Jubelium

Perayaan HUT PGLII Ke-50 ini merupakan rangkaian dari 3 acara yang dikemas oleh Panitia Jubelium PGLII yang diketuai Pdt. Deddy Madong. “Sebelumnya kami sudah mengadakan ibadah syukur pada 17 Juli 2021, tepat pada tanggal berdirinya Persekutuan Injili Indonesia (PII) yang kini berganti nama menjadi PGLII. Acara tersebut kami adakan daring dan dihadiri seluruh pengurus wilayah dan Anggota PGLII.”

Menurut Madong, acara yang akan diadakan adalah Simposium Misi yang akan diadakan pada 8 November 2021 di STT Jaffray Makassar dan Konferensi Pekabaran Injili (KPI) 17-19 November 2021 di Jayapura. “KPI akan dihadiri 200 orang secara on site dengan Prokes ketat dan diikuti melalui daring oleh Anggota PGLII, pengurus wilayah dan pengurus daerah,” jelasnya. (*)


Share:

Saturday, October 2, 2021

PON XX Bagian Rencana Tuhan Bagi Rakyat Papua

 

Pekan Olah Raga Nasional (PON) XX di Papua (2-15/10) merupakan kesempatan bagi masyarakat Papua untuk menunjukkan keramahan, kasih dan kebersamaan yang terpancar kepada sesama yang tengah bertanding dalam berbagai cabang olah raga. Dilangsungkannya PON XX di Papua tidak bisa dilepaskan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah provinsi maupun masyarakat Papua. Diatas segala itu, PON di Papua merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi rakyat Papua. Karena itu masyarakat Papua hendaknya memanfaatkan kesempatan menjadi tuan rumah dengan memancarkan karakter Kristus karena kehidupan masyarakat Papua tidak lepas dari kekristenan. Hal tersebut merupakan benang merah Webinar Memaknai PON XX Papua Sportif! Papua Juara!, yang diadakan Sekolah Tinggi Teologi Indonesia di Jakarta dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia (1/10).

Pembicara pertama Teolog dan Alumnus Universitas Heidelberg Pdt. Dr. Agus Santoso mengatakan bahwa bukan merupakan kebetulan bahwa setelah sekian lama, Papua mendapat giliran menjadi penyelenggara PON. “Kesempatan ini bukan merupakan kebetulan,” kata mantan Ketua STT Cipanas tersebut.

Santoso melanjutkan bahwa ajang olah raga merupakan ajang sportifitas yang menarik dimana para duta olah raga dari berbagai provinsi akan unjuk kebolehan. Karena itu jangan dicederai dengan sikap yang tidak sportif. Para olah ragawan dari Papua dan masyarakat Papua sebagai tuan rumah wajib menjaga dan memeliharanya sehingga akan memberi kesan baik terhadap peserta.

Pendeta Gereja Isa Almasih dan Penasihat PTAKI mengatakan, dirinya melihat pelaksanaan PON XX di Papua merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi rakyat Papua. “Melalui PON ini, Papua tidak hanya lebih dikenal secara nasional, tapi juga dunia,” ujarnya.

Dr. Lenis Kogoya yang mendapat kesempatan berikutnya mengatakan bahwa masyarakat Papua telah siap menyelenggarakan PON. “Kami siap dan menyambut para peserta.”

Dosen STT dan pendeta Sinode GIDI itu mengatakan bahwa penyelenggaraan PON XX yang diadakan di 4 tempat, dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh rakyat Papua secara keseluruhan. Namun dirinya berharap dengan penyelenggaraan PON setidaknya rakyat Indonesia tahu bahwa Papua merupakan tanah yang damai. “Kami pendeta-pendeta di Papua sangat mendukung PON XX ini. Tidak hanya agar acara bisa sukses, tapi juga para atlet dari seluruh Indonesia bisa melihat betapa kedamaian begitu nyata di Tanah Injil tersebut,” ujarnya.

Melalui PON, karakter kekristenan di Papua yang ramah, menghargai dan sarat nilai inklusif diperkenalkan. “PON merupakan pesta rakyat dimana masyarakat mendapat kesempatan bersukacita dalam ajang olah raga untuk mencapai juara dengan sportifitas yang menghargai kelebihan dan kemampuan sesama.”

Pembicara ketiga, Dosen STT Baptis Papua dan Ketua Persekutuan Gereja-gereja se-Kota Jayapura Pdt Dr. James Wambrauw mengatakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang diadakan di Papua sejatinya tidak berhenti saat acara berlangsung, melainkan harus memberi makna berkelanjutan bagi masyarakat Papua.

“Pelaksanaan PON XX merupakan kehormatan bagi rakyat Papua. Namun, dampak yang dirasakan harus berkesinambungan, tidak hanya saat acara berlangsung,” ungkapnya.

Dia mengatakan, keberhasilan Papua mengadakan PON patut diapresiasi dengan membangun venue-venue berkelas dunia. Hanya saja, setelah acara tersebut, harus dipikirkan bagaimana pemanfaatan dan perawatan kedepannya.

Dalam pengantar diskusinya Dr. Robby Repi Plh Ketua STT Indonesia Jakarta menyampaikan bahwa webinar ini merupakan bentuk kepedulian gereja terhadap event akbar yang tengah berjalan di Papua saat ini.

 “Kita berharap PON XX ini bisa memberi dampak positif bagi masyarakat Papua. Selain itu, kita bisa sama-sama doakan agar acara ini bisa berjalan dengan damai.”

Webinar yang melibatkan 7 Sekolah Tinggi Teologi ini dibuka dengan doa oleh Penasehat Persekutuan Baptis Indonesia (PBI) Pdt. Guntur Subagyo M.Th., dimoderatori Dr. Yusak Tanasyah dari STT Moriah dan ditutup dengan doa oleh Gembala Sidang Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) Buki Zaitun, Jayapura Pdt. Fransiskus Esa dan diikuti kurang lebih 100 peserta. (*/rn)

Share:

Featured Post

Divisi Hukum Pelita PGLII DKI Jakarta

Divisi Hukum Pelita PGLII DKI Jakarta. Melayani Konsultasi Hukum Gratis Setiap hari : Jumat, Pukul : 10.00 s/d 16.00 WIB - Sabtu, Pukul...

Video

Recent Posts


Hubungi Kami

Name

Email *

Message *