Tuesday, June 25, 2019

Bom Bunuh Terkait Agama?


Rentetan Bom

Dunia kembali dikejutkan dengan rentetan serangan bom bunuh diri, ibu kota Jawa Barat dikejutkan dengan Bom Panci bulan Februari 2017. Stasiun bawah tanah di St Petersburg Rusia tgl 3 April 2017 di salah satu gerbong kereta hancur akibat ledakan, total 14 korban tewas, Bulan April 2017 terjadi di Gereja Kathedral Koptik Kairo Mesir menewaskan sedikitnya 31 orang, sebelumnya di awal bulan yang sama diluar sebuah pusat pelatihan polisi di kota Tanta ledakan bom melukai 16 orang, pada tanggal 7 April 2017 serangan truk mematikan guncang Stockholm Swedia bertempat dipusat perbelanjaan Ahlens, memakan 3 jiwa dan beberapa orang terluka, persis tgl 22 Mei 2017 bom meledak di akhir konser Ariana Grande di Manchester Arena Inggris, Rumah Sakit Phra Mongkut Klao diguncang ledakan bom kecil pada hari yang sama namun sebanyak 21 orang terluka, dan menyusul ibu kota Jakarta diserang Teror Bom Kampung Melayu, sebanyak kira-kira 16 orang menjadi korban, akibat dua ledakan bom, lima orang diantaranya meninggal dunia, dua terduga pelaku dan tiga polisi.

Disinyalir kejadian ini merupakan rangkaian ledakan yang terjadi sebelumnya dan disebut bagian dari strategi kelompok teroris Islamic State (ISIS), polisi menjadi target bom bunuh diri ISIS, sebab polisi merupakan “thaghut” (setan atau iblis penyeru kemungkaran) dalam pemahaman ISIS sesuai perspektif teologis mereka.

Apakah Teroris Terkait dengan Agama ?
Apakah Agama mengabsahkan bom bunuh diri ? sesungguhnya hampir tidak dapat dipercaya bom bunuh diri dikaitkan dengan agama tertentu, tetapi faktanya acapkali bom bunuh diri diakui oleh pelakunya sebagai tiket masuk “sorga”. Harus diakui bahwa agama apapun di dunia ini tidak mengajarkan bunuh diri, beberapa tokoh agama Islam juga menyebut bom bunuh diri sebagai perbuatan terkutuk, sebab mengakibatkan pada kemudaratan daripada kemaslahatan. Lalu kenapa terjadi ?

Bom bunuh diri merupakan bentuk perlawan kepada kapitalis, kepada ketidakadilan, kepada keangkuhan, semuanya bermuara kepada perlawanan kepada Dunia Barat. Ketidakadilan ekonomi maupun ketidakadilan politik dilawan dengan ledakan bom, Modernisasi dan benturan peradaban yang cenderung diskriminatif menimbulkan kebencian yang dijawab dengan bom bunuh diri sebagai alternatif. Tentu kita harus mencari jawaban apakah Agama mempengaruhi umat atau Umat mempengaruhi agama, agama sebagai sesuatu yang mulia dan tentunya umat yang keliru, apakah dapat diterima ? sikap bijaksana diperlukan atas pemahaman yang sewenang-wenang atas agama dan politisasi agama.

Disatu sisi bom bunuh diri merupakan penolakan yang mengatasnamakan agama, fenomena politik yang baru berkembang sejalan yang kita kenal sebagai ISIS. Munculnya konsep Negara-Bangsa telah membentuk nasionalitas yang berbasis budaya dan tradisi keagamaan, perlawanan politik terhadap pemerintahan yang berdaulat yang menggunakan legitimasi agama. Kejadian yang membuat pelbagai pemeluk agama terheran karena pemahaman teologi yang jauh berbeda.

Peranan Tokoh Agama
Perlu inspirasi dan pemahaman baru dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang dalam masyarakat maupun pemerintahan, diperlukan dakwah bahwa mengatasnamakan agama dalam bentuk kekerasan dan pembunuhan adalah perbuatan dari orang yang tidak memiliki martabat dan pasti dikutuk oleh Tuhan Sang Pencipta.

Tokoh-tokoh Agama perlu mendorong dan menumbuhkan sikap hidup damai tanpa kekerasan, menghormati keberagaman, mendakwah sikap dialogis antar sesama pemeluk agama dan menghargai satu dengan lainnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi.

Tidak pada tempatnya bila agama terlibat jauh kedalam berbagai aksi kekerasan terutama bom bunuh diri, kita harus mengakhiri segala bentuk kekerasan, apabila Rohaniawan diam maka norma keagamaan akan disalah tafsirkan, dan kekerasan menjadi model. Agama akan menjadi bias terhadap fungsi dan peranannya.

Mari kita bersama memberikan kesadaran, kepada siapapun terutama kepada anak didik sejak dini, agama mengajarkan kedamaian, agama mengajarkan hidup berdampingan, agama menghargai perbedaan, dunia modern menjadi dunia yang tanpa batas dan saling berhadapan, setiap agama mengajarkan kasih,  hormat dan takut kepada Tuhan Sang Pencipta. Agama mengajarkan ada hidup dan kematian kemudian setelahnya ada kehidupan kekal. Tentunya sejalan dengan iman percaya Kristiani yang tertulis pada Kitab Injil Lukas 10:25-28 (TB)  Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"

Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." .

--
Oleh: Antonius Natan, D.Th. - Sekum PGLII DKI Jakarta dan Wakil ketua I – Bidang Akademik STT Rahmat Emmanuel
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured Post

Divisi Hukum Pelita PGLII DKI Jakarta

Divisi Hukum Pelita PGLII DKI Jakarta. Melayani Konsultasi Hukum Gratis Setiap hari : Jumat, Pukul : 10.00 s/d 16.00 WIB - Sabtu, Pukul...

Video

Recent Posts


Hubungi Kami

Name

Email *

Message *