Pilkada (pemilihan umum kepala daerah) semakin dekat, umat Kristiani seyogyanya melakukan persiapan sebagai pemilih atau sebagai pasangan calon yang akan dipilih dalam pilkada. Situasi yang penting bagi pembangunan daerah-daerah, wajar jika pesta demokrasi dipersiapkan secara baik dan benar.
Bagaimana Seorang Kristiani menyikapinya ?
Sesungguhnya Pilkada adalah salah satu pilar penting dalam pendidikan demokrasi, prosesnya adalah konsolidasi kekuatan rakyat dan tentu saja merupakan penguatan demokrasi. Rakyat secara individu dan kelompok terlibat dalam proses membidani pemerintahan dengan pemimpin yang dianggap sesuai tuntutan jaman now. Hasil pilkada adalah munculnya pemimpin yang dimiliki oleh rakyat dan pemimpin yang memiliki rakyat, karena dia telah ditempatkan sebagai “bapak” bagi rakyat.
Rakyat sebagai bagian yang bertanggung jawab atas pemimpin yang telah dipilihnya, maka dari itu masyarakat harus jeli memilih dan memilah pemimpin. Perhatian utama terhadap latar belakang terkait masalah kapasitas, kapabilitas dan integritas haruslah telah terbukti. Masyarakat tidak terbuai dengan retorika. Penduduk pemilih hendaknya paham terhadap personality, karakter & temperamen kandidat. Kesemuanya terangkum dalam istilah Takut akan Allah. Moralitas adalah sesuatu yang mahal harganya bagi pembangunan. Masyarakat Kristiani hendaknya membawa perkara ini dalam doa syafaat dan sungguh sungguh meminta kekuatan dari sorga untuk memilih pemimpin yang baik dan benar. Atau menjadi kandidat yang benar dimata Tuhan.
Keluaran 18:21 (TB) Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
Benih Konflik Dalam Pilkada & Mengatasinya
Berapapun jumlah kandidat yang berlaga dalam Pilkada, pemenangnya adalah satu pasang, proses sebagai pemenang dapat berjalan lurus atau berliku-liku dan memungkinkan bersinggungan dengan pihak lawan dan memunculkan benih konflik, jika tidak dikelola secara baik akan menimbulkan tindak kekerasan dan “mengganggu” kinerja pemerintah terpilih.
Benih konflik dimulai dari berebut kepentingan selama masa kampanye, persaingan yang meruncing mempengaruhi psikologi para pemilih ditambah dengan kesalahan persepsi di tingkat akar rumput atau masyarakat kebanyakan. Kondisi ini terjadi karena akses sosial media yang menghamburkan berita hoax dan memutar-balikkan fakta serta kebenaran. Masyarakat menjadi percaya kepada berita bohong, masyarakat diajak untuk memiliki rasa sentiment terkait masalah SARA. Maka benih konflik dalam pilkada harus dicairkan, jika tidak akan menimbulkan pertikaian yang berkelanjutan dan tidak berujung sehingga sulit ditelusuri penyebab utamanya dan akan merusak secara massif.
Menurut Soerjono Soekanto (1989) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik tersebut, menurutnya konflik memiliki beberapa bentuk khusus yaitu sebagai berikut.
1. Konflik Pribadi, Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain yang pada akhirnya melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan yang demikian mendorong untuk memaki, menghina bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat. Misalnya indivindu yang terlibat hutang atau masalah pembagian warisan dalan keluarga.
2. Konflik Rasial, Konflik rasial pada umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Lalu apa yang dimaksud dengan ras ? ras ialah pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri biologisnya seperti bentuk muka, hidung, warna kulit dan warna rambut. Secara umum ras di dunia dikelompokkan menjadi lima ras yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid, Negroid dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi munculnya konflik juga jika perbedaan antar ras dipertajam. Misalnya orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi di Afrika.
3. Konflik Antarkelas Sosial, Kelas-kelas di masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai seperti kekayaan, kehormatan dan kekuasaan. Semua itu menjadi dasar penempatan seseorang dalam kelas-kelas sosial yaitu kelas sosial atas menengah dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini ntidak dapat diatasi maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik rasial. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut upah.
4. Konflik Politik Antargolongan, Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik ialah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Perbedaan inilah yang menjadi peluang terjadinya konflik antar golongan terbuka lebar.
5. Konflik Bersifat Internasional, Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaan kepentingan yang menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Akibat dari konflik ini ialah seluruh rakyat dalam suatu negara merasakannya. Pada umumnya konflik internasional berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan pada akhirnya menimbulkan perang antar bangsa.
Sebagai masyarakat Kristiani, harusnya tidak tinggal diam, setiap orang harus menjadi pelopor perdamaian, memberikan inspirasi damai dan sekali lagi banyak berdoa meminta campur tangan Sorga mulia atas bangsa Indonesia.
Mari kita berpartisipasi aktif dalam pilkada, mensukseskan serta menjadi terang dan garam.
Efesus 6:12 (TB) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
--
Oleh: Antonius Natan, D.Th. - Sekum PGLII DKI Jakarta dan Wakil ketua I – Bidang Akademik STT Rahmat Emmanuel
0 comments:
Post a Comment